Jaringan Komputer (Kelas IP Address)

PEMBAGIAN 3 KELAS IP ADDRESS





IP Address adalah nomor unik yang ada pada computer yang bisa berguna untuk menghubungkan banyak komputer dalam jaringan sehingga juga dapat bertukar data maupun fasilitas yang dimiliki antar komputer tersebut.

Nomor ini bersifat unik karena setiap Komputer memiliki TCP/IP yang berbeda-beda.
IP Address merupakan konsekuensi dari penerapan Internet Protocol untuk mengintegrasikan jaringan komputer internet di dunia. Seluruh Host (komputer) yang terhubung ke Internet dan ingin berkomunikasi memakai TCP/IP harus memiliki IP Address sebagai alat pengenal Host pada Network



Secara logika, Internet merupakan suatu Network besar yang terdiri dari berbagai sub Network yang terintegrasi. Oleh karena itu, suatu IP Address harus bersifat unik untuk seluruh dunia. Tidak boleh ada satu IP Address yang sama dipakai oleh dua host yang berbeda. Untuk itu, penggunaan IP Address di seluruh dunia dikoordinasi oleh lembaga sentral Internet yang di kenal dengan IANA – salah satunya adalah Network Information Center (NIC) yang menjadi koordinator utama di dunia.


IP address dibagi menjadi 3 kelas Utama, yaitu Kelas A, Kelas B, dan Kelas C. Berikut pembagiannya...

Pembagian Kelas IP Address
Bit (Binary Digit ) adalah bilangan biner yang terdiri dari 2 angka : 0 dan 1
Oktet, 1 Oktet = 8 bit = nilainya antara 0 - 255 desimal

Kelas A

Format : 0nnnnnnn.hhhhhhhh.hhhhhhhh.hhhhhhhh (n = Net ID, h = Host ID)

Bit Pertama : 0
Panjang Net ID : 8 bit (1 oktet)
Panjang Host ID : 24 bit (3 oktet)
Oktet pertama : 0 - 127
Range  IP address : 1.xxx.xxx.xxx.sampai 126.xxx.xxx.xxx (o dan 127 dicadangkan)
Jumlah Network : 126
Jumlah IP address : 16.777.214

IP kelas A untuk sedikit jaringan dengan host yang sangat banyak. cara membaca IP address kelas A misalnya 113.46.5.6 ialah : Network ID :113, Host ID = 46.5.6


Kelas B

Format : 10nnnnnn.nnnnnnnn.hhhhhhhh.hhhhhhhh (n = Net ID, h = Host ID)
2 bit pertama : 10
Panjang Net ID : 16 bit (2 oktet)
Panjang Host ID : 16 bit (2 oktet)
Oktet pertama : 128 - 191
Range IP address : 128.0.0.xxx sampai 191.255.xxx.xxx
Jumlah Network : 16.384
Jumlah IP address : 65.534

Biasa digunakan untuk jaringan besar dan sedang. dua bit pertama selalu di set 10. 16 bit selanjutnya, network IP kelas B dapat menampung sekitar 65000 host.


Kelas C
Format : 110nnnnn.nnnnnnnn.nnnnnnnn.hhhhhhhh (n = Net ID, h = Host ID)
3 bit pertama : 110
Panjang Net ID : 24 bit (3 oktet)
Panjang Host ID : 8 bit (1 oktet)
Oktet pertama : 192 - 223
Range IP address : 192.0.0.xxx sampai 255.255.255.xxx
Jumlah Network : 2.097.152
Jumlah IP address : 254
Host ID adalah 8 bit terakhi, dengan IP kelas C, dapat dibentuk sekitar 2 juta network yang masing-masing memiliki 256 IP address  Tiga bit pertama IP address kelas C selalu berisi 111 dengan 21 bit berikutnya. Host ID ialah 8 bit terakhir.

IP address Kelas D dan E juga didefinisikan, tetapi tidak digunakan dalam penggunaan normal, kelas d diperuntukan bagi jaringan multicast, dan E untuk Eksperimental. Berikut penjelasannya.

Kelas D

Format : 1110mmmm.mmmmmmmm.mmmmmmmm.mmmmmmmm
4 Bit pertama : 1110
Bit multicast : 28 bit
Byte Inisial : 224-247
Deskripsi : Kelas D adalah ruang alamat multicast

Kelas ini digunakan untuk keperluan Multicasting. 4 bit pertama 1110, bit-bit berikutnya diatur sesuai keperluan multicast group yang menggunakan IP address ini. Dalam multicasting tidak dikenal network bit dan host bit.


Kelas E

Format : 1111rrr.rrrrrrrr.rrrrrrrr.rrrrrrrr
4 bit pertama : 1111
Bit cadangan : 28 bit
Byte inisial : 248-255
Deskripsi : Kelas E adalah ruang alamat yang dicadangkan untuk keperluan eksperimental.



Sekian penjelasan hari ini, semoga bermanfaat ilmunya.....

Related Posts:

Seorang Guru Dalam Pandangan Islam



Sifat Guru dalam Pandangan Islam


Ada apa dengan guru hari ini sehingga perlu ditinjau eksistensinya dari persfektif Islam? Secara teoretis, guru merupakan ujung tombak dalam pencapaian proses pembelajaran yang berkualitas dan produktif. Dengan demikian, guru memiliki peran yang cukup vital dan strategis dalam dunia pendidikan.
Sikap guru yang lebih mengedepankan aspekk material, atau memakai istilah Ahmad Tafsir, hubungan yang bersifat untung rugi (ekonomis) (Ahmad Tafsir, 1994; 77) dalam menjalankan tugas profesinya menunjukan sebagian guru sudah mengalami disorientasi dalam melihat eksistensinya. Perubahan paradigma guru dalam melihat eksistensinya itu sejalan dengan perubahan paradigma mereka dalam memandang hidupnya (world view).
Pendidikan dalam Islam tak bisa dilepaskan dari upaya-upaya da’wah islamiyah-penyebaran, dan penanaman dasar-dasar kepercayaan dan ibadah Islam. (Azyumardi Azra, 1999; VII) Da’wah Islamiyah di sini dalam pengertian menyampaikanmisi-misi keislaman yang rasional, damai dan beradab.
Untuk itu, Islam menekankan kepada para “penyampai misi keislaman” itu harus memiliki sejumlah karakteristik yang tak lain sejalan dengan nilai-nilai Islam itu sendiri. Adapun karakteristik guru menurut pandangan Islam antara lain:

Al-Abrasy menyebutkan 19 macam, yaitu:
1.           Zuhud: tidak mengutamakan materi, mengajar mencari keridhaan Allah Ta’ala.
2.           Bersih tubuhnya: penampilan lahiriahnya menyenangkan.
3.           Bersih jiwanya: tidak mempunyai dosa besar.
4.           Tidak ria.
5.           Tidak dengki dan iri hati.
6.           Tidak menyenangi permusuhan.
7.           Ikhlas dalam menjalankan tugas.
8.           Sesuai perbuatan dengan perkataan.
9.           Tidak malu untuk mengatakan tidak tahu.
10.       Bijaksana.
11.       Tegas dalam perbuatan dan perkataan, tapi tidak kasar.
12.       Rendah hati (tidak sombong).
13.       Lemah lembut.
14.       Pemaaf.
15.       Penyabar.
16.       Berkepribadian.
17.       Tidak merasa rendah diri.
18.       Bersikap kebapakan atau keibuan.
19.       Mengetahui karakter murid.

Ibnu Sina  menambahkan 4 macam, yaitu:
1.        Tenang.
2.        Tidak bermuka masam.
3.        Tidak berolok-olok di depan anak didik.
4.        Sopan santun.

Mahmud Yunus menyebut 10 macam, yaitu:
1.        Menyayangi murid dan memperlakukan mereka seperti anak sendiri.
2.        Selalu menasehati murid.
3.        Memperingatkan murid bahwa menuntut ilmu untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala bukan untuk kepentingan duniawi.
4.        Melarang murid dengan lemah lembut bukan dengan caci maki.
5.        Memulai pelajaran yang mudah dan banyak terjadi dimasyarakat.
6.        Tidak merendahkan pelajaran lain yang tak diajarkannya.
7.        Mengajar sesuai dengan kemampuan murid.
8.        Mengajar murid untuk berpikir bukan semata-mata menerima apa yang diajarkan guru.
9.        Mengamalkan ilmu.
10.    Memperlakukan murid dengan adil.

Dari pandangan guru Muslim diatas, terkesan adanya percampuran antara tugas dan sifat guru. Namun pandangan mereka tentang sifat guru itu bisa disederhanakan menjadi:
1.        Kasih sayang kepada anak didik.
2.        Lemah lembut.
3.        Rendah hati.
4.        Menghormati ilmu yang bukan pegangannya.
5.        Adil.
6.        Menyenangi ijtihad.
7.        Konsekuen, perkataan dan perbuatannya.
8.        Sederhana.

Ilmu pengetahuan pada hakekatnya bersifat “tetap dan diam”, moralitaslah yang memberikannya “ruh” sehingga dia bisa bergerak (berfungsi) dengan baik (Syekh Ibrahim bin Ismail, tt; 16). Seorang guru yang tingkat “keikhlasan”nya tinggi dalam mendidik akan merangsang (memotivasi) anak didik untuk mencapai prestasi yang baik. Seorang guru yang memiliki integritas dan kejujuran akan membuat anak didik mempunyaii semangat untuk maju dan berkembang.
Ada tiga istilah utama dalam menyebut guru dalam proses pendidikan Islam, yaitu Murabbi, Mu’allim dan Muaddib. Istilah Murabbi lebih mengacu kepada makna guru dalam kapasitasnya sebagai pengajar sekaligus pendidik. Kata Mu’allim lebih berorientasi kepada pengajar saja. Sedangkan istilah Muaddib lebih bermuara kepada makna pembimbing atau pembina (Hasan Langgulung, 2003; 2-3)
Dalam Islam, guru mendapatkan posisi yang sangat tinggi dan mulia. Asama Hasan Fahmi menyebutkan beberapa hadits tentang kemuliaan kedudukan guru itu yang artinya sebagai berikut:
1.        Tinta seorang ilmuan (yang menjadi guru) lebih berharga dari pada darah Syuhada (orang yang syahid).
2.        Orang yang berpengetahuan melebihi orang yang senang beribadat, yang berpuasa dan menghabiskan waktu malamnya untuk mengerjakan shalat, bahkan melebihi kebaikan orang yang berperang di jalan Allah.
3.        Apabila meninggal seorang ‘Alim, maka terjadilah kekosongan dalam Islam yang tidak dapat diisi kecuali oleh seseorang ‘Alim yang lain.

Ayat Al-Qur’an sendiri menjelaskan bahwa orang-orang berilmu itu diangkat kedudukannya oleh Allah Ta’ala (Q.S. al-Taubah: 122)

Kutipan dari: Amrizal M. Ag, Membangun Islam yang Cerdas, Damai dan Menyejukkan, Penerbit Alaf Riau, Pekanbaru, 2012.

Related Posts:

Gambar tema oleh sndr. Diberdayakan oleh Blogger.

The Memorize

The Memorize
keluarga besar SMAN 3 Bengkalis, kelas 3 ipa 2

Popular Posts

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *